TEMPAT UTAMA KETIKA UMRAH & HAJI

GUA TSUR

SEJARAH GUA TSUR PENGENALAN Ia merupakan salah satu sebab mengapa Nabi Muhammad melakukan hijrah pada tahun 622 dari Makkah menuju Yastr...

Tuesday 13 November 2018

GUA TSUR

SEJARAH GUA TSUR
PENGENALAN
Ia merupakan salah satu sebab mengapa Nabi Muhammad melakukan hijrah pada tahun 622 dari Makkah menuju Yastrib - 320 kilometres utara Mekkah - yang kemudian berubah nama menjadi Madinah adalah, terdapat sejarah pembunuhan untuk membunuh Nabi Muhammad, bersama Abu Bakar al-Shiddiq ketika Nabi berhijrah. Ketika dalam penghijrahan beliau, Baginda pernah bersinggah di dalam sebuah gua. Gua dalam terjemahan Bahasa Melayu adalah  sebagai liang atau lubang besar pada kaki gunung, dalam bahasa Arab pula disebut gar atau kahf. Lokasi gua tersebut berada di gunung Thawr yang terletak di tanah rendah Makkah yang menjulur ke selatan daerah Misfalah.


https://youtu.be/H2-IVH8vBZw


ISI KANDUNGAN
Gua tsur merupakan tempat persembunyian Nabi Muhammad SAW dan juga Saidina Abu Bakar ketika diburu oleh Bani Quraish. Gua Tsur banyak menyimpan sejarah pahit getir Rasullullah dalam menyebarkan dakwah Islam ke seluruh umat manusia. Dalam kisah Hijrah Rasulullah dari kota Makkah ke kota Madinah. Rasulullah telah diperintahkan oleh Allah SWT untuk berhijrah pada malam hari, umat Islam pada waktu itu telah berbondong-bondong meninggalkan Makkah dan pergi berhijrah ke Madinah lebih awal, Rasulullah dan Saidina Abu Bakar pula menyusul kemudian. Pada malam hari 26 Safar 1 Hijrah bersamaan(9 September 622) Nabi Muhammad SAW dan Saidina Abu Bakar telah meninggalkan rumah baginda dan berhijrah ke Madinah. 

Sebelum Nabi Muhammad meninggalkan rumah Nabi telah meminta Saidina Ali Bin Abi Talib dengan izin Allah untuk menggantikan baginda tidur diatas katil baginda, Nabi Muhammad juga telah membaca Surah Yaasin sebelum meninggalkan rumah, dalam pada itu para pemuda dan pemuka Qurasy yang sedang mengawal rumah Nabi telah tertidur nyenyak beramai-ramai atas kuasa Allah. Tujuan mereka semua mengawal di perkarangan rumah Nabi adalah untuk memastikan mereka dapat membunuh Nabi apabila Nabi keluar menunaikan Solat Subuh. Lalu Nabi Muhammad SAW dan Saidina Abu Bakar berlari ke Gua Tsur tersebut kerana telah diperintahkan oleh Allah SWT.

Kemudian seekor labah-labah menutup kawasan pintu masuk tersebut dengan sesawangnya dan seekor burung untuk duduk di kawasan itu atas perintah Allah SWT. Setelah beberapa lama kemudian, Bani Qurasy tersebut terjaga dan mendapati Nabi Muhammad dan Saidina Abu Bakar tiada didalam rumah tersebut. Lalu mereka cuba mencari  mereka di gunung Thawr tersebut. Kemudian Nabi Muhammad dan Saidina Abu Bakar pula sedang bersembunyi di dalam gua tersebut tetapi Abu Bakar berasa tidak senang hati dan takut lalu beliau bertanya kepada Nabi “Bagaimana jika kita berdua ditangkap oleh Bani Qurasy” tersebut. Lalu Nabi berkata “Janganlah engkau kira kita hanya berdua. Sesungguhnya kita bertiga, dan yang ketiga adalah Dia, yang menggenggam kekuasaan Maha Allah SWT”. Setelah beliau berkata begitu, Abu Bakar berasa tenang sedikit. Selepas itu, berdua bersepakat untuk bergilir-gilir untuk berjaga. . Dalam tidurnya, Muhammad saw melabuhkan kepalanya di pangkuan sang sahabat. Di dalam gua yang dingin dan remang-remang, tiba-tiba seekor ular mendesis mendekati kaki Abu Bakar Shiddiq r.a yang terlentang. Abu Bakar r.a menatapnya waspada, ingin sekali ia menarik kedua kakinya untuk menjauh dari hewan berbisa ini. Namun, keinginan itu dienyahkannya dari benak, tak ingin ia mengganggu tidur Rasulullah saw. Bagaimana mungkin, ia tega membangunkan kekasih Allah SWT itu.Abu Bakar r.a menahan rasa sakit yang luar biasa ketika ular itu menggigit pergelangan kakinya, tapi kakinya tetap saja tak bergerak sedikitpun, hingga ular itu pergi setelah beberapa lama. 

Dalam hening, sekujur tubuh Abu Bakar r.a terasa panas, ketika bisa ular menjalar cepat di dalam darahnya. Abu Bakar r.a tak kuasa menahan isak tangis ketika rasa sakit itu tak tertahankan lagi. Tanpa sengaja, air matanya menetes mengenai pipi Rasulullah saw yang tengah berbaring.

Rasulullah saw terbangun dan berkata,
 “Wahai hamba Allah, apakah engkau menangis karena menyesal mengikuti perjalanan ini?” “Tentu saja tidak, saya ridha dan ikhlas mengikutimu kemana pun,” jawab Abu Bakar r.a. “Lalu mengapakah, engkau meluruhkan air mata?” bertanya Rasulullah saw dengan bersahaja. “Seekor ular, baru saja menggigit saya, wahai Rasulullah saw, dan bisanya menjalar begitu cepat ke dalam tubuhku.” Rasulullah saw menatap Abu Bakar r.a dan berkata, “Mengapa engkau tidak menghindarinya?”. “Saya tidak sampai hati untuk mengejutkan engkau yang sedang lelap” jawab Abu Bakar r.a sambil menahan kesakitan. 

Abu Bakar r.a kini menyesal karena tidak dapat menahan air matanya hingga mengenai pipi Rasulullah saw dan membuatnya terjaga dari tidurnya. “Sungguh bahagia, aku memiliki seorang sepertimu wahai Abu Bakar. Sesungguhnya Allah SWT itu sebaik-baik pemberi balasan”.

Tanpa melengahkan waktu, dengan penuh kasih sayang Rasulullah saw memegang pergelangan kaki Abu Bakar r.a. Dengan kuasa Allah SWT Yang Maha Berkuasa, Nabi Muhammad saw mengusap bekas gigitan itu dengan ludahnya. Dengan izin Allah SWT, rasa sakit dan kesan gigitan ular tersebut hilang. Setelah selesai masalah yang menimpa itu, kini giliran Abu Bakar r.a pula yang berehat dan Rasulullah saw pula yang berjaga. Dan, Abu Bakar r.a menggeleng kepalanya ketika Rasulullah saw menawarkan pangkuannya untuknya  berehat. Tak akan rela, dirinya membebani pangkuan penuh berkah itu.

1. QS AT TAWBAH:40
Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: “Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita“. Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.


KELEBIHAN GUA TSUR

Ketika memandang lepas di Kota Makkah, terlihat beberapa bukit batu. Di antara dataran tinggi berbatuan tersebut, jika memandang ke arah selatan ada bukit yang menjadi saksi sejarah keajaiban yang diberikan Allah SWT kepada Rasulullah SAW. Bukit tersebut adalah Jabal Tsur. Bukit ini mempunyai tiga puncak yang saling berdekatan dan menyambung. Bukit itu termasuk salah satu yang tertinggi di Kota Makkah. Di puncaknya, ada sebuah gua yang sangat bersejarah, iaitu Gua Tsur.Para jamaah haji mahupun umrah pada umumnya selalu mengunjungi lokasi ini ketika sedang berada di Tanah Suci. Di gua yang berada di Jabal Tsur itulah Rasulullah SAW dan Abu Bakar R.A diselamatkan dari orang Quraisy yang mengejar mereka.



PADANG ARAFAH


PENGENALAN 


Arafah, tempat ini menjadi puncak dan pertemuan bagi jemaah haji di seluruh dunia. Di tempat ini juga berlangsung wukuf pada tanggal 9 Dzulhijah yang menjadi inti ibadah haji,
ianya terletak di kawasan yang terletak di sebelah tenggara Masjidil Haram. Sejak sekian tahun yang lalu, padang Arafah ditanami lebih dari 100.000 pohon untuk menyejukkan kawasan.
DEFINISI & PANDANGAN 
Arafah dalam bahasa arab dari perkataan ف , ر ,ع  yang bermaksud tahu. Ada beberapa pandangan yang menyatakan kenapa ia diberi nama tersebut antaranya ialah :

  • Perkataan Arafah diambil dari akar kata yang memiliki arti mengenal atau mengakui karena di sini manusia seharusnya mengenal jati diri dan menyadari dosa-dosanya.
  • Arafah ialah tempat malaikat jibril mengajar Nabi Ibrahim tentang amalan haji. Setelah selesai menerangkan amalan haji,                                                                                                                                                                                                 jibril bertanya : "ARAFTA?" .Maksudnya : " sudah tahukah kamu?" jawab Nabi Ibrahim : " ARAFTU" maksudnya : " ya, saya tahu".                                                                                                                                                                                                                                                                                                                      Dalam buku 'Haji dan Umrah' yang ditulis M.Quraish Shihab dijelaskan, Nabi Ibrahim memperoleh penjelasan tentang manasik haji dari Malaikat Jibril di Arafah.
  • Tempat Nabi Adam dan Hawa dipertemukan semula selepas dicampakkan keluar dari syurga . Sementara itu pelbagai literasi lain juga disebut bahawa Arafah memiliki arti pengetahuan. Dinamai demikian karena Arafah menjadi tempat perjumpaan antara Adam dan Hawa. Keduanya memiliki rasa untuk saling memahami. Itulah isyarat pengetahuan yang pertama.

https://youtu.be/XAaOONFZfZ0

Keberangkatan para jemaah dari Mekkah menuju Arafah  adalah refleksi bahawa sesungguhnya kita berasal dari Allah. Kembalinya para jemaah dari Arafah ke Mekah pada hari berikutnya sebagai refleksi bahwa sesungguhnya kepada-Nya kita akan kembali.

Hari wukuf adalah hari yang terbanyak Allah SWT mengampuni manusia dan terbanyak manusia dibebaskan Allah SWT dari neraka. Hal tersebut terdapat dalam hadits.
"Tidak ada juga hari - selain hari kemenangan dalam peperangan Badr - yang terlihat syaitan begitu terhina dan kecil seperti halnya wukuf di Arafah"

Ibadah wukuf di Arafah dimulai saat matahari tergelincir hingga matahari terbenam. Yang dilakukan saat wukuf yakni salat jamak takdim dan qashar Zuhur-Ashar, berdoa, berzikir, membaca Alquran dan salat jamak takdim dan qashar magrhib-isya.


LOKASI PADANG ARAFAH


Lokasi Arafah ini terletak di sebelah tenggara Masjidil Haram sejauh 22 kilometer. Dan kawasan itu dianggap juga sebagai Tanah Haram. Di kawasan lapang inilah semua jemaah haji berkumpul pada 9 Dzulhijjah



Kelebihan Hari Arafah
  • Hari Pembebasan
Hari Arafah adalah hari pembebasan. Membebaskan kita dari api neraka dan hari di mana Allah S.W.T turun ke langit dan berbangga dengan hamba-hambanya di depan malaikat. Rasulullah S.A.W bersabda :
“ Tidak ada satu hari pun yang Allah lebih banyak membebaskan hamba-Nya dari api neraka daripada hari ‘Arafah kerana pada hari itu Dia turun kemudian membanggakan-banggakan di depan para Malaikat seraya berfirman : ‘Apa yang mereka inginkan?’ 
( Sahih Muslim 3275 )
  • Hari Disempurnakan Agama
Selain merupakan hari pembebasan dari api neraka, Hari Arafah juga adalah simbol kepada sudah sempurnalah agama hamba-Nya. Sebagaimana firman Allah di dalam surah Al- Maidah ayat 3 :
“ Pada hari ini, Aku telah sempurnakan bagi kamu agamamu dan aku telah cukupkan nikmat-Ku kepada kamu dan aku telah redhakan Islam itu menjadi agama untuk kamu”
  • Hari Doa Terbaik
Pada hari ini adalah waktu paling mustajab doanya. Maka ambillah kesempatan pada hari Arafah untuk kita mengangkat tangan dan berdoa jika sekarang kita sedang dirundum masalah. Jika sekarang kita sedang mengumpul kekuatan untuk berubah. Jika sekarang ini kita sedang bergelut dengan dosa-dosa yang tiada sudah. Maka hari inilah peluangnya. Semoga Allah mengampunkan dosa-dosa kita lantas menguatkan hati kita untuk menempuh hari-hari yang mendatang.
Sabda Rasulullah S.A.W :
“ Sebaik-baik doa ialah doa pada hari ‘Arafah. Sebaik-baik ucapan yang pernah aku dan rasul sebelumku ungkapkan ialah ‘tiada tuhan melainkan Allah..” 
( Riwayat at-Tirmizi )
Hari Arafah bagi tahun 2017 jatuh pada 31/08/2017 mulai jam 12.21 tengah hari ( Khutbah Arafah ). Untuk doa yang paling mustajab bagi kita yang berada di Malaysia adalah dalam waktu solat Asar jam 5.21 petang hingga jam 6.21 petang. Rebutlah 1 jam yang penuh istimewa ini untuk kita angkat doa ke langit Allah.

Apa saja keistimewaan hari Arafah (9 Dzulhijjah)? 
Adakah keutamaan-keutamaan di hari tersebut?

Di antara keutamaan hari Arafah disebutkan oleh Ibnu Rajab Al Hambali yang kami sarikan berikut ini:

1- Hari Arafah adalah hari disempurnakannya agama dan nikmat. 

Dalam shahihain (Bukhari-Muslim), ‘Umar bin Al Khottob radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa ada seorang Yahudi berkata kepada ‘Umar,

آيَةٌ فِى كِتَابِكُمْ تَقْرَءُونَهَا لَوْ عَلَيْنَا مَعْشَرَ الْيَهُودِ نَزَلَتْ لاَتَّخَذْنَا ذَلِكَ الْيَوْمَ عِيدًا . قَالَ أَىُّ آيَةٍ قَالَ 
( الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِى وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا ) 
. قَالَ عُمَرُ قَدْ عَرَفْنَا ذَلِكَ الْيَوْمَ وَالْمَكَانَ الَّذِى نَزَلَتْ فِيهِ عَلَى النَّبِىِّ – صلى الله عليه 
وسلم – وَهُوَ قَائِمٌ بِعَرَفَةَ يَوْمَ جُمُعَةٍ

“Ada ayat dalam kitab kalian yang kalian membacanya dan seandainya ayat tersebut turun di tengah-tengah orang Yahudi, tentu kami akan menjadikannya sebagai hari perayaan (hari ‘ied).” “Ayat apakah itu?” tanya ‘Umar. Ia berkata, “(Ayat yang artinya): Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” ‘Umar berkata, “Kami telah mengetahui hal itu yaitu hari dan tempat di mana ayat tersebut diturunkan pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau berdiri di ‘Arofah pada hari Jum’at.”

 (HR. Bukhari no. 45 dan Muslim no. 3017). 
Al-Tirmidzi mengeluarkan dari Ibnu ‘Abbas. Di dalamnya disebutkan bahwa ayat tersebut turun pada hari ‘Ied yaitu hari Jum’at dan hari ‘Arofah.

2- Hari Arafah adalah hari ‘ied (perayaan) kaum muslimin. Sebagaimana kata ‘Umar bin Al Khottob dan Ibnu ‘Abbas. Karena Ibnu ‘Abbas berkata, 
Surat Al Maidah ayat 3 tadi turun pada dua hari ‘ied: hari Jum’at dan hari Arafah.” ‘Umar juga berkata, “Keduanya (hari Jum’at dan hari Arafah) -alhamdulillah- hari raya bagi kami.” 
Akan tetapi hari Arafah adalah hari ‘ied bagi orang yang sedang wukuf di Arafah saja. Sedangkan bagi yang tidak wukuf dianjurkan untuk berpuasa menurut jumhur ulama.


3- Hari Arafah adalah asy syaf’u (penggenap) yang Allah bersumpah dengannya sedangkan hari Aidil Adha (hari Nahr) disebut al watr (ganjil). Inilah yang disebutkan dalam ayat,

وَالشَّفْعِ وَالْوَتْرِ
Dan (demi) yang genap dan yang ganjil” 
(QS. Al Fajr: 3)

Demikian kata Ibnu Rajab Al Hambali. Namun Ibnul Jauzi dalam Zaadul Masiir menukil pendapat sebaliknya. Yang dimaksud al watr adalah hari Arafah, sedangkan asy syaf’u adalah hari Nahr (Aidil Adha). Demikian pendapat Ibnu ‘Abbas, ‘Ikrimah dan Adh Dhohak.

4- Hari Arafah adalah hari yang paling utama. Demikian pendapat sebagian ulama. Ada pula yang berpendapat bahwa hari yang paling utama adalah hari Nahr (Aidil Adha).

5- Diriwayatkan dari Anas bin Malik, ia berkata, 
“Hari ‘Arafah lebih utama dari 10.000 hari.”’Atho’ berkata, “Barangsiapa berpuasa pada hari ‘Arofah, maka ia mendapatkan pahala seperti berpuasa 2000 hari.”

6- Puasa pada hari Arafah akan mengampuni dosa dua tahun. Dari Abu Qotadah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ

Puasa Arafah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyuro (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu” 
(HR. Muslim no. 1162).
8- Hari Arafah adalah hari pengampunan dosa dan pembebasan dari seksa neraka. Dari ‘Aisyah, ia berkata bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللَّهُ فِيهِ عَبْدًا مِنَ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ وَإِنَّهُ لَيَدْنُو ثُمَّ يُبَاهِى بِهِمُ الْمَلاَئِكَةَ فَيَقُولُ مَا أَرَادَ هَؤُلاَءِ

Di antara hari yang Allah banyak membebaskan seseorang dari neraka adalah hari Arofah. Dia akan mendekati mereka lalu akan menampakkan keutamaan mereka pada para malaikat. Kemudian Allah berfirman: Apa yang diinginkan oleh mereka? 

(HR. Muslim no. 1348).

Allah pun begitu bangga dengan orang yang wukuf di Arafah. Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُبَاهِى مَلاَئِكَتَهُ عَشِيَّةَ عَرَفَةَ بِأَهْلِ عَرَفَةَ فَيَقُولُ انْظُرُوا إِلَى عِبَادِى أَتَوْنِى شُعْثاً غُبْراً

Sesungguhnya Allah berbangga kepada para malaikat-Nya pada sore Arafah dengan orang-orang di Arafah, dan berkata: “Lihatlah keadaan hambaku, mereka mendatangiku dalam keadaan kusut dan berdebu” 
(HR. Ahmad 2: 224. Syaikh Syu’aib Al Arnauth 



Rujukan:
Lathoif Al Ma’arif, Ibnu Rajab Al Hambali, terbitan Dar Ibnu Katsir, cetakan kelima, 1420 H, hal. 487-489.



GUA HIRA` ATAU JABAL NUR


بِسْـــــــــمِ ﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم 


Gua Hira adalah tempat Nabi Muhammad s.a.w menerima wahyu dari Allah yang pertama melalui penghantaran malaikat Jibril. Gua tersebut sebagai tempat Nabi Muhammad menyendiri dari masyarakat yang mana pada saat itu masih belum beriman kepada Allah s.w.t.

Gua Hira' terletak di negara Arab Saudi. Gua Hira terletak di antara dua celah batu di sebuah bukit yang dinamakan Jabal Nur. Gua tersebut berada di sebelah Timur laut Kota Makkah. Terletaknya pada tebing yang menajak yang agak curam walaupun tidak terlalu tinggi. Oleh kerana itu kepada para pendaki yang ingin mendaki ke gua tersebut haruslah memiliki fizikal yang kuat dan untuk mendaki tempat tersebut mengambil masa 30 minit atau lebih.



Gambaran Gua Hira'
SUMBER : HTTPS://WWW.GOOGLE.CO.ID/SEARCH?Q=GUA+HIRA&DCR=0&TBM=ISCH&TBO=U&SOURCE=UNIV&SA=X&VED=0AHUKEWJIR6_27PHWAHVCM5QKHBYTBCAQSAQIJA&BIW=1366&BIH=659#IMGRC=8LLV99JJF1OLVM:, DIAKSES 14 OKTOBER 2017

gambaran dari dalam Gua Hira'
https://www.youtube.com/watch?v=Z3pC2VqP5ts


Jabal Nur merupakan bukit batu yang kering. Tingginya 621 meter dari permukaan laut, dan 281 meter dari dasar gunung. Dari puncak Jabal Nur, para  pendaki hanya perlu turun sekitar 50 meter untuk sampai ke Gua Hira. Pada zaman sekarang para pendaki yang ingin mendaki ke Gua Hira lebih jauh dan mudah malah jika para pendaki, mendaki dari bawah hanya melalui dengan anggaran 600 anak tangga sahaja.


Gambaran anak tangga ke Gua Hira'
SUMBER : HTTP://NEWS.LIPUTAN6.COM/READ/2615487/GEMA-SALAWAT-DAN-TANGIS-DI-GUA-HIRA, DIAKSES 14 OTOBER 2017


PENERIMAAN WAHYU

Dari Imam Bukhari telah meriwayatkan, hadis daripada Aisyah ra menyatakan bagaimana Peristiwa di Gua Hira', peristiwa penurunan wahru yang pertama. Daripada Aisyah ra meriwayatkan, bahawa sebelum penurunan wahyu yang pertama ini Rasulullah s.a.w sering mengalami mimpi yang baik di dalam tidurnya itu. Pernah suatu ketika Rasulullah s.a.w bermimpi dan di dalam mimpinya seperti cahaya subuh. Rasulullah s.a.w pergi  menyendiri untuk menghindari keadaan kaumnya yang masa itu jauh dari mengingati Allah s.w.t dengan menyembah berhala, berzina, berjudi, minum arak dan membunuh anak perempuan. Rasulullah s.a.w beribadah di dalam Gua Hira' untuk beberapa malam. Disana Rasulullah s.a.w beribadat dengan bermunajat dan berzikir mengikut ajaan Nabi Ibrahim as. Rasulullah s.a.w pulang ke rumahnya setelah bekalannya kehabisan. Kebiasaannya Rasulullah s.a.w beribadah hanya berbekalkan gandum dan air sahaja. 

Pada suatu hari, Malaikat Jibril a.s datang menemui Rasulullah s.a.w di Gua Hira. Peristiwa ini berlaku pada 17 Ramadhan, bersamaan 6 Ogos 610 Masihi. Ketika itu, Rasulullah berumur 40 tahun. Malaikat Jibril a.s datang dengan wahyu yang pertama. Lalu Malaikat Jibril a.s berseru ; "Iqra' ! (bacalah)". Maka Rasulullah s.a.w berkata ; "Ma ana biqari" (aku tidak tahu membaca)". Kemudian malaikat Jibril mengambil (menarik) akan daku maka dipeluknya kuat-kuat hingga terasa kepadaku kesungguhannya, kemudian Malaikat Jibril melepaskan Rasulullah s.a.w dan lalu dia berkata; "Iqra'! (bacalah)". Maka Rasulullah s.a.w berkata ; "Ma ana biqari" (aku tidak tahu membaca). Kemudian Malaikat Jibril mengambil Rasulullah lalu memeluk beliau ketat dan erat kali yang kedua hingga terasa kepayahannya. Kemudian itu malaikat Jibril melepeaskan Rasulullah s.a.w dan berkata; "Iqra'! (Bacalah)". Maka Rasulullah s.a.w berkata ; "Ma ana biqari" (aku tidak tahu membaca)". Setelah itu malaikat Jibril memeluk Rasulullah s.a.w buat kali ketiga. dan ia berkata:


Bacalah (wahai Muhammad) dengan nama Tuhanmu yang menciptakan (sekalian makhluk)
Ia menciptakan manusia dari sebuku darah beku;
Bacalah, dan Tuhanmu Yang Maha Pemurah, 


Setelah itu, Rasulullah s.a.w pulang ke rumah dnegan perasaan yang gerun, gementar menggigil-gigil kerana inilah kali pertama Rasulullah s.a.w melihat rupa Malaikat Jibril a.s. Apabila Rasulullah s.a.w sampai ke rumahnya lalu datanglah Baginda kepada Khadijah binti Khuwailid berkata: , "Selimutkanlah aku! selimutkanlah aku!". Lalu Saidatina Khadijah a.s menyelimutkan baginda sehingga hilang rasa ketakutan.  Kemudian baginda berkata kepada Khadijah, dengan tekun Khadijah a.s.mendengar berita agung dari lidah suci suaminya. Setelah menceritakan khabar itu: "Sesungguhnya aku takut (ke atas diriku)." Lalu Khadijah berkata kepadanya: "Tidak sama sekali! Demi Allah, tiada kehinaan keatas engkau selamanya, kerana engkau sebenarnya menghubungkan silaraturrahim, engkau memikul, engkau berusaha terhadap orang yang susah, engkau menjamu tetamu dan engkau menolong orang yang ditimpa musibah." Berkata Saidatina Khadijah a.s kepada Baginda.

Kemudian, Siti Khadijah bersama Baginda Rasulullah s.a.w menemui Waraqah bin Naufal Ibnu Asab bin Abdul Uzza iaitu anak bapa saudara Siti Khadijah. Waraqah bin Naufal Ibnu Asab seorang yang beragama Nasrani di dalam zaman jahiliyah dan mahir menulis kitab Ibrani. Maka disalinnya daripada kitab Injil itu dengan bahasa 'Ibram. Beliau seorang yang telah lanjut usianya dan buta. 

"Khadijah pun berkata kepadanya: "Ya anak bapa saudara! Cuba dengarkan kepada anak saudara engkau ini". Kemudian bertanya Waraqah kepada Rasulullah s.a.w: "Wahai anak saudara ku! Apakah dia yang engkau lihat itu?. " Lalu Rasulullah s.a.w menceritakan apa yang di alami dan dilihatnya. Setelah itu Waraqah pun berkata kepadanya: "Inilah Jibril yang pernah diturunkan Allah s.w.t ke atas Nabi Musa a.s. "Segera bertanya Rasulullah s.a.w: "Apakah mereka hendak aku?". "Ya! kerana tidak pernah seorang pun yang datng membawa risalah seumpama yang engkau bawa  itu melainkan dia akan dimusuhi. Dan sekiranya aku dapatilah hari engkau itu, tentulah aku akan menolong engkau dengan pertolongan yang bersungguh-sungguh. "Kemudian tidak berapa lama sesudah itu Waraqah bin Naufal Ibnu Asab pun meninggal dunia dan wahyu pun berhenti."

Para ulama' telah berselisih pendapat tentang masa waktu wahyu dibekukan atau diberhentikan sementara waktu. Ada yang mengatakan tiga tahun, ada yang mengatakan kurang dari itu dan yang paling hampir sepertimana yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqi iaitu enam bulan.



PENGAJARAN
  • Tempat kegemaran Nabi Muhammad s.a.w untuk mengasingkan dirinya ialah Gua Hira' sebelum beliau diangkat menjadi Rasul. Tempat tersebut mempunyai sejarah yang mendalam bagi seluruh umat Islam. Setiap Muslim itu, walaupun sudah baik sifat keislamannya, akhlaknya dan ibadahnya perlu memperuntukkan masa untuk menilai diri sendiri. Perlu terus memperbaiki diri dan bermuhasabah terhadap diri agar semakin tertingkat di sisi Allah s.w.t, terutama bagi pendakwah di jalan Allah s.w.t.
  • Apabila Allah s.w.t ingin mendorong seseorang hamba agar berdakwah kepada kebaikan dan pengislahan, maka beliau akan mencampakkan ke dalam hatinya rasa benci kepada kesesatan dan kerosakan yang berlaku dalam masyarakat.
  • Sesungguhnya Nabi Muhammad s.a.w tidak pernah bercita-cita untuk menjawat tugas kenabian dan tidak pernah mengimpikannya. Apa yang Allah s.w.t ilhamkan kepada Baginda hanyalah rasa cinta untuk berkhulwah melakukan ibadah. Allah s.w.t mengilhamkan perasaan tersebut sebagai proses pembersihan dan persediaan rohani untuk memikul bebanan risalah. Sekiranya Baginda s.a.w bercita-cita memperolehi kenabian, nescaya Baginda tidak takut ketika wahyu diturunkan.
  • Rasulullah s.a.w telah mendapat kepastian bahawa Baginda itu adalah Rasul, Setelah melihat malaikat Jibril a.s dan Waraqah bin Naufal Ibnu Asab menegaskan hal itu kepada Baginda. Waraqah bin Naufal Ibnu Asab memberitahu Baginda, apa yang dialami oleh Baginda di dalam gua tersebut adalah penurunan wahyu yang juga pernah dialami oleh Nabi Musa a.s.
  • Oleh itu, penurunan wahyu yang pertama di Gua Hira' kepada Rasulullah s.a.w adalah merupakan pengangkatan rasmi Baginda sebagai Rasul atas kehendak dan perancangan Allah s.w.t sendiri, dan bermulalah semula dakwah tauhid dengan bimbingan Allah s.w.t, setelah sekian lama terputus sebelumnya.
  • Peranan zaujah yang solehah adalah penting untuk menguatkan semangat dan keazaman suami serta mengukuhkan dakwah suami.
  • Adalah penting unutuk merujuk kepada orang berilmu dalam sesuatu perkara bagi menghasilkan keputusan yang tepat.

















MUZDALIFAH

Ia terletak diantara Arafah dan Mina.Dikenali sebagai Jam' (جمع) yang bermaksud berkumpul kerana adalah tempat manusia berkumpul.Sebab dinamakan Muzdalifah;



  • Manusia mendatanginya pada permulaan malam atau tengah malam dan berkumpul di situ.
  • Manusia meninggalkannya secara serentak
  • Di sana manusia telah berada berhampiran dengan Mina
  • Ada pendapat yang mengatakan Adam a.s dan Hawa telah ditemukan semula di Muzdalifah.
Ia terletak di antara dua lorong antara dua bukit iaitu di antara Arafah dan Muhassir.Ma'zim Arafah dipanggil al-Madhiq yang beerti lorong sempit.Bahagian kanan dan kiri seluruh kawasan ini adalah lorong-lorong bukit dan pokok-pokok.Muzdalifah adalah al-Masy'ar al-Haram(tempat ibadah) yang disebut dalam al-quran surah al-Baqarah ayat 198:

Tidaklah menjadi salah, kamu mencari limpah kurnia dari Tuhan kamu (dengan meneruskan perniagaan ketika  Haji). Kemudian apabila kamu bertolak turun dari padang Arafah (menuju ke Muzdalifah) maka sebutlah nama Allah (dengan doa,"talbiah" dan tasbih) di tempat Masy'ar Al-Haraam (di Muzdalifah), dan ingatlah kepada Allah dengan menyebutnya sebagaimana Ia telah memberikan petunjuk hidayah kepadamu; dan sesungguhnya kamu sebelum itu adalah dari golongan orang-orang yang salah jalan ibadatnya.

Pada 9 Zulhijjah para jemaah Haji wajib (mabit)di Muzdalifah selepas meninggalkan Arafah setelah terbenamnya matahari.Bermalam di Muzdalifah salah salah satu perkara wajib haji jika meninggalkannya wajib membayar dam.Sunnah Rasullulah adalah bermalam di Muzdalifah sehingga waktu Fajar lalu menunggu sehingga siang.Rasulullah melakukan solat Jamak Takhir maghrib dan isyak di Muzdalifah semasa haji Wada'.

Masjid yang terletak di Muzdalifah ialah masjid Masy'ar al-Haram.Terletak di jalan no.5,ia merupakan tanda tempat Rasulullah s.a.w bermabit di Muzdalifah.Jaraknya dari masjid Khaif adalah sekitar 5km dan dari masjid Namirah jaraknya 7km.

KELEBIHAN MUZDALIFAH


  1. DOA DIMAKBULKAN
        -Di dalam kitab yang dikarang oleh Al-Muhaddis Muhammad Maliki Al-Hassani di dalam kitabnya iaitu Syaraf Ummat Muhammadiyah,menceritakan ketika Rasulullah s.a.w melaksanakan haji Wada' tepat pada hari Jumaat di Padang Arafah pada tanggal 9 zulhijjah,Nabi Muhammad s.a.w berdoa memohon kepada Allah s.w.t agar seluruh dosa umatnya diampunkan oleh Allah s.w.t.Lalu Allah s.w.t menjawab permohonan Rasulullah s.a.w dengan mengatakan.

"Sesunguhnya Aku(Allah)telah mengampuni dosa-dosa umatmu selain mereka yang melakukan kezaliman."

Ketika Rasulullah s.a.w mendengar jawapan tersebut,lalu Rasulullah s.a.w sekali lagi berdoa kepada Allah agar umatnya yang melakukan kezaliman diampunkan dengan berkata :

"Ya Allah,Ya Rabbi,apabaila Engkau menghendaki,Engkau semestinya dapat memberikan kebaikan kepada mereka yang dizalimi,lalu Engkau ampuni mereka yang melakukan kezaliman.

Demikianlah doa Rasulullah s.a.w untuk kali yang kedua pada hari itu,tetapi Allah s.w.t tidak menjawab permohonan Rasulullah s.a.w yang memohon ampun bagi umatnya yang melakukan kezaliman.

Keeseokan paginya iaitu 10 Zulhijjah,ketika Rasullulah s.a.w berada di Muzdalifah,beliau sekali lagi memohon kepad Allah s.w.t untuk kali ketiga dengan berdoa bagi memohon keampunan bagi umatnya yang melakukan kezaliman kemudian permohonan itu dimakbulkan oleh Allah s.w.t.

      2.MASJID AL-MASY'AR AL-HARAM
        

        -Terdapat sebuah masjid yang dinamakan sebagai Masjid Al-Masy'ar Al-Haram.Perkataan Al-Masy'ar ia diambil al-Syi'ar yang bermaksud "alamat"atau "tanda".Tempat ini dinamakan kerana merupakan salah satu daripada amalan haji dan disifatkan "Al-haram" kerana kedudukan yang berada di Tanah Haram.Tidak boleh dilakukan sesuatu yang tidak diizinkan padanya.Disifatkan dengan "Al-haram"untuk membezakan dengan Arafah yang merupakan masy'ar (tempat ibadah haji)yang berada di luar Tanah Haram.Wallahualam.

Diriwayatkan bahawa Rasulullah s.a.w melalui jalan "Dhab"ketika menuju masuk ke Arafah dan keluar darinya menuju ke Muzdalifah melalui jalan "Ma'zimain".Menurut Dr.Ab.Malik Ibn Duhais: "Ma'zim Arafah (Ma'zimain) yang dikenali oleh penduduk Mekah pada masa sekarang dengan nama "Akhsyabain"terletak di antara jalan no.5 dan 6,juga merupakan laluan pejalan kaki (pedestrian).Manakala jalan Dhab terletak di antara no 3 dan 4.




MINA

Mina merupakan salah satu daripada al-Masy'ar al-Haram. Terletak di dalam kawasan Tanah Haram di antara Makkah dan Muzdalifah, iaitu di sekitar 7km dari bahagian timur laut Masjidil Haram. Jika melalui terowong pula jaraknya 4km.




Dinamakan Mina kerana beberapa faktor:

  • banyak darah korban yang ditumpahkan 
  • bermaksud tempat manusia berkumpul kerana di situ berkumpulnya para manusia (jemaah haji)
  • bermaksud cita-cita dan harapan iaitu harapan Nabi Adam kepada Jibrail bahawa baginda mengharapkan syurga apabila Jibrail bertanya tentang perkara yang dihajati oleh baginda sebelum terpisah di Mina.

Mina ialah tempat para jemaah haji berkumpul pada hari Tarwiyah (8 Zulhijjah) sehingga matahari naik di atas Bukit Thabir pada hari Arafah (9 Zulhijah) dan kembali semula pada Hari Raya Korban serta bermalam (mabit) pada hari Tasyrik (11,12 dan 13 Zulhijah) yang berikutnya.Dinamakan tarwiyah kerana para jemaah haji menyediakan air untuk kegunaan mereka dia Arafah dan Mina selama tempoh mereka mengerjakan haji.



Para jemaah haji juga melakukan salah satu amalan yang wajib dalam ibadat haji iaitu melontar di tiga Jamarat.Menyembelih hadyu (korban atau dam) mereka sebagai mengikuti sunnah Rasulullah s.a.w, yang melakukannya telah melontar syaitan dan menyembelih kibas sebagai ganti sembelihan untuk anaknya Nabi Ismail a.s.

Kawasan sempadan bagi Mina adalah Wadi Muhassir sehingga ke al-Aqabah iaitu tempat terletaknya Jamrah yang paling dekat dengan Makkah dan dinamakan sebagai Jamratul Aqabah.Perjanjian Aqabah 1 dan 2 berlaku berdekatan dengan Jamratul Aqabah,iaitu tempat di mana Rasulullah s.a.w telah menerima sumpah setia (bai'ah) daripada kaum Ansar dahulu.

Jumlah keluasan Mina ialah 8.6 km persegi namun keluasan yang dikhususkan untuk jemaah haji ialah 2.5 km persegi setelah ditolak kawasan lembah,puncak bukit,jalan raya dan  pejabat kerajaan.

Antara kelebihan Mina:

  • - salah satu tempat manasik haji
  • - tempat Allah telah menghantar kibas kepada Nabi Ibrahim a.s sebagai ganti sembelihan untuk anaknya Ismail a.s.
  • - turunnya surah al-Nasr di sini pada Hari Hajjatul Wada'.
  • - turunnya surah al-Mursalat ketika Rasulullah s.a.w berada di dalam sebuh gua di Mina dan gua itu telah diberikan nama Gua Mursalat dan juga terletak di Bukit Sobih,menghadap ke arah Yaman iaitu di belakang masjid Khaif.
  • - sewaktu Hajjatul Wada' Rasulullah saw telah mengorbankan 100 ekor unta dan 63 ekor daripadanya disembelih menggunakan tangan baginda.Manakala selebihnya oleh Saidina Ali ra.Nabi Muhammad bersabda yang bermaksud:

"Sesungguhnya Mina itu seperti rahim.Ketika terjadi kehamilan daerah ini diluaskan oleh Allah."     (Sahih Muslim)

Hari-Hari Mina merupakan hari yang besar dalam Islam.Antara hari-hari Mina tersebut ialah:

  •  10 Zulhijah - juga dinamakan Yaum al-Nahri (hari sembelih korban),Yaum 'Eidil Adha,Yaum Hajj al-Akbar (hari-hari yang besar kerana beberapa amalan haji dilakukan pada hari Mina.
  •   11,12,13 Zulhijjah - dinamakan Hari Tasyrik kerana para jemaah haji menjemur daging korban mereka pada hari ini kerana Mina dicerahi dengan cahaya matahari di siang hari dan dicerahi dengan cahaya bulan pada malamnya.11 Zulhijah dikenali dengan Yaum al-Qarr (hari tetap dan hari berehat di Mina).Hari ke 12 Zulhijah pulak ialah hari Nafar Awal yang bermaksud hari jemaah haji dibenarkan berangkat meninggalkan Mina dan hari ke 13 dinamakan hari Nafar Thani.
Hari-hari Mina terbahagi kepada dua:
  •  Ayyam Ma'dudat - hari-hari yang berbilang.Maksud berbilang ialah jemaah haji mempunyai pilihan untuk meninggalkan Mina samasa petang hari terakhir dari hari Tasyrik atau pada petang hari kedua sebelum terbenam matahari.
  •  Ayyam Ma'lumat hari-hari yang maklum (ditentukan) iaitu hari-hari yang dibenarkan menyembelih korban iaitu bermula pada hari raya dan dua dan tiga hari selepasnya.

Terdapat juga beberapa tempat penting dan bersejarah di Mina. Antaranya ialah:

  • Masjid Khaif 
        - 'Khaif" dari segi bahasa bermaksud tempat yang rendah di tepi bukit yang keras dan lebih tinggi daripada laluan air. Masjid ini terletak di kaki bukit Sobih di bahagian selatan Mina, berhampiran dengan Jamrah al-Sughra. Antara kelebihan masjid ini ialah 70 orang nabi telah solat di masjid ini termasuk Nabi Musa a.s. Rasulullah s.a.w juga telah bersolat disini.



  • Jamrah
       - Dalam bahasa arab ia bermaksud batu kecil. Sebab dinamakan Jamrah kerana anak batu dilontar ke arahnya. Terdapat tiga Jamrah yang termasuk dalam manasik haji di Mina iaitu Jamrah al-Sughra, Wustha dan al-Aqabah. Pada asalnya Jamrah Aqabah hanya boleh dilontar dari satu sudut sahaja kerana sudut lain adalah bukit tetapi pada tahun 1376 H, kerajaan Saudi telah meratakan bukit tersebut. Pada tahun 1383 H, sebuah jambatan dibina untuk melontar dari tingkat atas bagi mengurangkan kesesakan. Kemudian pada 1427 H, (2006 M) dibina lima tingkat jambatan. Jarak antara Jamrah Aqabah dengan Jamrah Wustha ialah 247 meter manakala jarak di antara Jamrah Wustha dengan Jamrah Sughra ialah 200 meter.




      - Melontar Jamrah ini adalah simbolik kepada pertentangan permusuhan kita dengan syaitan dan juga mengikuti sunnah Nabi Ibrahim dan Nabi Ibrahim telah diperintahkan untuk mengerjakan haji, baginda yang ditemani Jibrail bergerak menuju ke Jamrah Aqabah. Dalam perjalanan syaitan cuba menghalangnya  tetapi telah dilontar dengan 7 biji anak batu oleh Nabi Ibrahim sehingga tersungkur. Ketika sampai ke Jamrah Wusta,sekali lagi syaitan menghalangnya dan Nabi Ibrahim melontarnya dengan 7 biji anak batu lagi. Begitu seterusnya di Jamrah Aqabah dan syaitan terus lenyap.

     - Diceritakan juga, ketika Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk mengorbankan anaknya Nabi Ismail, syaitan datang untuk meracuni Nabi Ibrahim tetapi tidak berjaya bahkan Nabi Ibrahim melontar syaitan dengan batu. Peristiwa ini berlaku ketika Nabi Ibrahim berada di Jamrah Sughra. Ketika berada di Jamrah Wusta, syaitan pula menghasut Siti Hajar tetapi tidak berjaya bahkan Siti Hajar melontar batu juga. Akhirnya syaitan cuba menghasut Nabi Ismail dan Nabi Ismail melalukan perkara yang sama.